Penunjuk

Kamis, 17 Februari 2011

Tunjukkan Keseriusan Pemberantasan Korupsi Sekarang

  Sampai saat ini kasus Gayus masih menyita perhatian masyarakat dari berbagai lapisan.  Media-media pemberitaan pun masih diramaikan oleh gaung kasus Gayus. Yang terakhir adalah kasus pemalsuan paspor dengan nama samaran Sony Laksono dan menghabiskan biaya sekitar 1 milliar, yang dilakukan oleh Gayus agar dia bisa leluasa bepergian ke luar negeri.
  Sebelumnya, Gayus dikabarkan berada di Bali sedang menonton turnamen tenis padahal dia sedang  menjalani masa tahanan  di rutan Mako Brimob. Seorang wartawan olahraga berhasil mengabadikan seseorang yang memakai wig dan berkacamata mirip Gayus berada diantara penonton turnamen tenis tersebut. Awalnya kebenaran foto tersebut  disangkal oleh Gayus walaupun pada akhirnya dia mengakui bahwa foto yang telah tersebar ke berbagai media tersebut adalah dirinya.
  Kalau diperhatikan lebih seksama, sejalan dengan perkembangan kasusnya, Gayus semakin berani melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum, setelah kasus korupsi yang sanggup memaksa presiden menggelar rapat kabinet dadakan di Halim, mencuat ke permukaan dan menjadi perhatian serius aparat penegak hukum khususnya, dan masyarkat pada umumnya.  Setelah divonis bebas oleh PN Tangerang, Gayus langsung ngacir ke Singapura. Vonis bebas tersebut, belakang diketahui karena adalah rekayasa dakwaan yang diduga dimotori oleh seorang jaksa yang namanya cukup dikenal setelah menuntut hukuman mati mantan ketua KPK.
    Setelah ‘secara tak sengaja’ satgas menemukan Gayus di sebuah rumah makan dan berhasil ‘membujuk’ Gayus agar kembali ke tanah air, maka Gayus resmi ditahan. Namun penahanan terhadap diri Gayus tak membuat dia terisolasi, malah sebaliknya, ia bisa dengan leluasa bepergian layaknya warga yang tak berstatus sebagai tahanan. Dengan uang puluhan  juta dari hasil korupsi pajak, dia mampu memperdaya beberapa petugas rutan agar dirinya bisa leluasa menghirup udara di luar tahanan, bahkan bisa bepergian hingga ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura.
    Kemungkinan besar Gayus tidak bertindak sendirian. Beberapa indikasi itu telah muncul ke ranah publik. Mungkin karena itulah dengan tenang, pelanggaran-pelanggaran hukum dia lakukan layaknya sebuah permainan. Dan satu persatu mulai terkuak. Melihat kemungkinan adanya orang-orang yang berpengaruh di republik ini ikut andil pada kasus Gayus, keberanian ekstra diperlukan dalam menangani kasus yang telah menghebohkan tersebut, dari institusi-institusi penegak hukum sehingga akan muncul tuntutan yang berani seperti menghukum mati Gayus.
   Beberapa hal yang membuat Gayus layak dihukum mati antara lain nilai korupsi yang fantastis, dilakukan di tengah penderitaan rakyat karena bencana alam, berani melakukan berbagai pelanggaran hukum saat dalam penahanan dengan menyuap aparat, yang paling penting agar dia mau bersuara untuk membuka siapa saja yang terlibat, dan bisa menjadi semacam terapi kejut bagi para koruptor lain agar menghentikan aksinya, juga bisa menjadi peringatan bagi calon-calon koruptor agar mengurungkan niatnya.
   Bila pemerintah mau serius dalam pemberantasan korupsi, inilah momentum yang tepat untuk melakukan gebrakan yang berarti, sebab institusi pemberantas korupsi sekaliber KPK pun sudah tak ditakuti lagi oleh para koruptor. Sekaranglah waktu yang tepat untuk ‘menghajar’ koruptor. Untuk menunjukkan betapa pemerintah sangat serius dalam melakukan upaya pemberantas korupsi. Masyarakat akan percaya keseriusan pemerintah bila penyelesaian kasus Gayus berakhir dengan vonis mati terhadap Gayus.
   Tanpa adanya hukuman mati bagi koruptor, memberantas korupsi adalah sebuah mimpi.
-o0o-

Jakarta, 14 Januari 2011

Tulisan ini telah diposkan di Kompasina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...