Penunjuk

Minggu, 27 Maret 2011

Pesing dan Gelap di Kampung Rambutan

   Saya ingin menulis tentang kondisi terminal Kampung Rambutan sejak lama, karena paling tidak 3 bulan sekali saya mendatangi terminal tersebut saat pulang kampung dan kembali, ke  dan dari Tasikmalaya menengok anak-anak saya. Yang ingin saya tulis adalah kondisi saat malam hari.
   Begitu memasuki area yang diperuntukkan angkutan dalam kota, bau pesing segera menyergap hidung, dan suasana yang lumayan gelap menimbulkan perasaan yang was-was bagi para pendatang yang baru tiba dari luar kota. Saya yang sudah sering mengalami kedua hal tersebut, tetap tak bisa membunuh ketidaknyamanan saya atau membiasakan diri dengan kondisi terminal yang mencerminkan kurang kepedulian terhadap kondisi terminal, baik dari pihak pengelola maupun para awak angkutan yang tiap hari berinteraksi di terminal. Ditambah lagi, bangku-bangku besi yang dulu berjejer di ruang tunggu terbuka kini sudah tak ada lagi dan para pendatang terpaksa duduk di tembok pemisah di pinggir saluran air. Padahal setelah semalaman menempuh perjalanan lumayan jauh para pendatang butuh tempat yang lumayan nyaman untuk melepas lelah sembari menunggu angkutan yang biasanya keluar pool sekitar puku 03.00 dini hari.
   Bisa dipastikan bau pesing itu akibat para awak angkutan yang kencing di ban-ban mobil karena malas ke toilet, karena begitu banyak tersebar bekas-bekas kencing yang terlihat mulai mengering membentuk serupa pulau. Lampu-lampu di tiang tinggi yang ketika baru dibangun dulu, menyala sangat terang, kini tak banyak membantu, karena radius yang terterangi hanya di sekitar tiang akibat redup dan rusaknya lampu-lampu yang terpasang.
   Para pendatang yang tidak memakai jasa taksi dan memilih menunggu hingga angkutan umum datang, seperti saya, karena mungkin khawatir taksi memakai argo kuda, ongkos yang pas-pasan, dan kekhawatiran terjadinya tindak kriminal di dalam taksi. Hal tersebut wajar bila terbersit di benak para pendatang.
   Karena itu, semestinya pengelola terminal Kampung Rambutan lebih memperhatikan lagi kondisi terminal yang tak nyaman tersebut. Sosialisasikan larangan kencing di area lintasan, perbaiki penerangan, dan buat bangku-bangku, adalah hal yang mendesak untuk dilakukan oleh pihak pengelola, karena terminal tersebut adalah salah satu terminal utama di ibukota yang setiap malam selalu banyak pendatang dari daerah-daerah yang terhubung jalur selatan.
   Saya berharap tulisan ini dibaca oleh mereka yang punya akses ke pengelola, sehingga dalam waktu dekat bisa dilakukan perbaikan kondisi terminal, secepatnya. Dan para pendatang tidak lagi disambut dengan pesing dan gelap saat tiba di terminal, dan bisa duduk di kursi yang tersedia saat menunggu angkutan umum keluar pool.
-o0o-

Jakarta, 27 Maret '11

Tulisan ini telah diposkan di Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...