AS adalah negara maju, dan untuk mendukung jalannya kegiatan industri agar lancar dan terjaga stabilitasnya, maka AS perlu terus menambah sumber minyaknya. Dengan kekuatan militer yang dimiliki, AS tak perlu bersusah payah mencari dan mengebor sendiri sumber-sumber minyak baru di wilayahnya. Seperti kita tahu, wilayah dibumi yang paling kaya akan minyak adalah di Timur Tengah, maka AS mencari minyak untuk menjaga ketersediaan pasokan minyaknya ke sana.
Dengan bermodal kecanggihan persenjataan yang dimiliki dan memanfaatkan konflik yang tak pernah berhenti di Timur Tengah, AS lalu mencaplok ladang-ladang minyak di negara-negara yang sedang berkonflik. Walaupun ladang-ladang minyak tersebut berada di wilayah negara lain, namun sesungguhnya AS yang memilikinya. Dengan memanfaat resolusi-resolusi PBB, demokrasi, ham, dan alasan-alasan yang dibuat sendiri, AS bersama sekutu-sekutunya yang tergabung dalam pasukan koalisi, dengan begitu percaya diri tanpa menghiraukan seruan internasional, menyerang negara-negara yang pemimpin-pemimpinnya mulai kurang disukai rakyat. Padahal seperti telah diperkirakan banyak pengamat, tujuan utama invasi AS ke negara-negara yang tengah berkonflik, tidak lain adalah mencari sumber minyak baru.
Kini ladang-ladang minyak AS sudah tersebar di beberapa negara di Timur Tengah. Di Kuwait untuk mendapatkan minyak sebagai rasa terimkasih, AS memanfaatkan invasi Irak ke Kuwait yang dilakukan Saddam Husein. Di Irak, senjata pemusnah massal dijadikan alasan menyingkirkan Saddam Husein yang kala itu mulai kurang disukai sebagian rakyat Irak. Dan dunia tahu tak ditemukan senjata pemusnah massal di Irak, sebab memang minyaklah tujuan utamanya.
Dan kini, AS dan sekutunya sedang menggali ladang minyak baru di Libya, atau paling di Libya bagian timur yang sudah dikuasai pihak oposisi yang menentang Khadafy, dengan Benghazi sebagai pusat kota. Di sini AS sedang menciptakan “rasa terimakasih” agar memperoleh sumber minyak baru, dengan memanfaatkan resolusi PBB dan pengamanan zona larangan terbang. Dan indikasi AS akan memperoleh apa yang menjadi tujuan utama dalam tiap intervensi di Timur Tengah, sudah terlihat. Pihak penentang Khadafy bergembira saat Tripoli sebagai basis pro Khadafi diluluhlantakkan oleh Sekutu.
Cara-cara AS mendapatkan minyak dengan kekuatan militer selalu mendapat sorotan dunia, tapi di balik sifat keras kepalanya, agaknya AS lebih piawai memainkan argumen-argumen dalam penerapan opsi militer, di berbagai forum. Dan sekali lagi masyarakat internasional hanya bisa kesal. PBB tak mampu berbuat apapun bila alasan penyerangan AS tak terbukti seperti di Irak dan Afghanistan.
-o0o-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar