Pembocoran kawat Dubes AS oleh WikiLeaks tentang sepak terjang para petinggi Indonesia yang dimuat oleh dua harian Australia, The Age dan The Sidney Morning Herald, beberapa hari telah membuat gerah penghuni istana negara di Jakarta. Tak kurang beberapa menteri memberikan sanggahan yang bernada pembelaan terhadap atasan mereka. Seperti diberitaka di dua harian Australia tersebut, Presiden Bambang Susilo Yodhoyono telah mengintervensi proses hukum politisi senior PDI-P Taufik Kiemas, dan pemberitaan-pemberitaan lain yang terkesan memojokkan presiden.
Salah satu petinggi yang diserang WikiLeaks adalah mantan wakil presiden M Jusuf Kalla. Ia diberitakan telah menyuap para peserta munas agar memilih dirinya menjadi Ketum Partai Golkar. Uang yang digelontorkan tak tanggung-tanggung, sebesar 10 milliar rupiah. Namun pada beberapa kesempatan, JK menyanggah sekaligus mengakui kebenaran informasi bocoran WikiLeaks tersebut. Ia mengakui telah mengeluarkan uang untuk para peserta munas partai yang pernah dipimpin tapi bukan untuk membeli suara mereka alias menyuap dan jumlahnya hanya 3 milliar bukan 10 milliar seperti yang diberitakan. Menurutnya sudah menjadi kewajaran dalam partainya pemberian uang tersebut yang digunakan untuk akomodasi dan hotel para peserta munas. Uang 3 milliar yang ia pergunakan pun bukan berasa dari milik pribadi melainkan hasil patungan beberapa simpatisan. Ia berpendapatan hal itu bukan termasuk penyuapan.
Dari para petinggi yang diserang WikiLeaks, hanya JK-lah yang mampu dengan tenang memberikan penjelasan mengenai pemberitaan yang menyangkut dirinya di waktu lalu. Dengan senyum khasnya ia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para wartawan, saat baru tiba di Bandara Soekarno Hatta dari kunjungannya ke Jepang. Sebelum ini pun, ia telah memberikan penjelasan yang sama di sebuah media online. Kematangannya ia tunjukan dengan berusaha memberikan penjelasan yang -mungkin- sebenarnya.
Terlepas benar dan tidaknya sanggahan tersebut, ia telah menunjukkan jiwa besarnya. Pemimpin seperti ini akan mampu mengendalikan situasi di dalam negeri dan akan dengan cepat melewati isu-isu yang berkembang, yang merugikan rakyat. Sudah sering kali rakyat menjadi korban ketidakfokusan kerja pemerintah. Sebelum pemberitaan bocoran WikiLeaks ini muncul ke ranah publik, rakyat disungguhi isu koalisi dan kisruh PSSI. Dan bila kita merunut ke belakang lagi, sudah berapa banyak isu-isu maupun wacana-wacana yang berakibat pada menurunnya perhatian pemerintah karena sibuk mengurusi isu atau wacana yang tengah memanas.
Selayaknyalah, setiap pemberitaan yang menyangkut nama baik, ditanggapi dengan kepala dan hati dingin agar tidak tercipta kesan di masyarakat, seolah-olah apa yang telah diberikan benar adanya. Ditanggapi dengan kepanikan, dengan mengerahkan menteri-menteri yang tidak berkompeten untuk berkomentar, malah menguatkan kesan akan kebenaran informasi yang telah terlanjur dikonsumsi publik. Tunjukkan saja bukti-bukti yang akurat untuk menolak tuduhan-tuduhan tersebut, maka akan gugur dengan sendirinya kesan-kesan negatif yang berkembang di masyarakat.
Rakyat kini sudah cerdas. Bila pemimpin berada pada posisi yang benar, mereka pasti akan membela pemimpinnya, tapi bila sebaliknya, rakyat pun akan bersikap sebaliknya. Janganlah rakyat dibodohi lagi!
-o0o-
Jakarta, 15 Maret '11
Tulisan ini telah diposkan di Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar