Di kompasiana bertebaran artikel tentang agama dengan beragam tema. Dari yang bersifat edukasi hingga yang berpotensi menimbulkan perdebatan. Yang bersifat edukasi tak jadi masalah karena biasanya mengupas tentang internal agama yang -biasanya- hanya kompasianer dari agama tersebut yang lebih tertarik untuk berinteraksi.
Namun terhadap artikel yang berpotensi menimbulkan perdebatan, kita sebaiknya berhati-hati. Juga diperlukan pemahaman yang mendalam. Bila tidak, kita akan tergelincir ke dalam ranah perdebatan yang sungguh sia-sia. Alih-alih hendak berdiskusi malah saling caci maki.
Saya sendiri memilih hanya membaca bila saya tak memahami dengan baik tema sebuah artikel terutama yang bertema agama. Membaca saja sudah cukup.
Agama bagi saya adalah sesuatu yang amat terhormat karenanya saya harus menghormati agama saya. Berawal dari rasa hormat saya terhadap agama saya, maka saya pun harus menghormati agama orang lain. Cara saya menghormati agama saya yakni dengan tidak membiarkan imajinasi tumbuh liar dalam menggambarkan Tuhan saya dan berhati-hati menyimpulkan perkataan nabi dan firman Tuhan saya. Tuhan dan nabi menurut saya lebih dari yang saya pikirkan. Cara saya menghormati agama orang lain yakni bersikap masa bodoh dengan ajaran mereka sebab saya memang kurang paham akan agama selain agama saya.
Agama menurut saya adalah sesuatu yang amat dalam dan luas. Karena itu saya merasa kemampuan berpikir saya tak akan mampu menyelaminya selain hanya menurut pada pengetahuan yang turun-temurun sembari memperkaya khasanah saya agar iman yang lebih tipis dari kulit ari yang melekat pada diri saya tidak luntur.
Bersungguh-sungguh dalam beragama bagi saya amatlah mendasar agar kita tidak berkesempatan mencari-cari kelemahan agama lain. Kita hendaklah berkonsentrasi pada kegiatan peningkatan pemahaman agama kita masing-masing, sehingga tak punya waktu untuk menyerang agama lain.
Saya bersyukur atas kebodohan saya akan pemahaman agama lain. Kebodohan saya membuat saya akan bersikap netral bila ada pergesekan antar umat beragama walaupun melibatkan orang atau golongan yang seagama dengan saya.
Saya berharap kompasianer juga bersikap seperti saya sehingga tak akan ada lagi artikel-artikel di kompasiana bertema agama yang berpotensi menimbulkan perdebatan yang bernada permusuhan, biarpun tujuan awal artikel tersebut adalah diskusi.
Marilah bersungguh-sungguh beragama.
-o0o-
Tasikmalaya, 20 November 2010
Tulisan ini telah diposkan di Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar